Skip to main content

MAMAT DAN DIAN (2)

Ini link untuk cerita sebelumnya

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sebenernya Mamat sama sekali gak ada niatan untuk tanya rumahnya pak Ali lah, rumah pak Rosidin lah, rumah Sholeh lah. Semua hanya akal-akalan Mamat saja agar bisa berlama-lama di depan rumah Dian, sang pujaan hati. Barang kali Diannya nongol. Kok ya kebetulan ternyata dia punya teman yang rumahnya ada di sana, ya sekalian ditanyain juga.
Lima hari kemudian Mamat kembali ke daerah rumahnya Dian. Mamat hanya seliweran, mondar-mandir gak jelas. Dan pak Ali pun muncul,
Loh le. Ono opo rene maneh?”
Nggoleki Sholeh, pak,” Mamat menjawab seadanya
Loooohhh. Awakmu lak wes eruh lek Sholeh saiki kerjo ndek Jakarta”
“Nggeh pak. hehe
Hayo wes ngakuo. Aslie awakmu iki kate lapo. Tak deloki mulai maeng awakmu iki koyok wong bingung.”
“Anu pak.... Asline aku pingin kenal nang Dian. Arek ngarep omahe samean”
“Oalah. Mbok yo ngomong to le le..”
“hehe... iku opo arek e ono seng nduwe pak?”
“waduh yo gak eruh aku. Engko tak cobak takokno bapake wes”
“suwon lo pak. maleh ngerepoti, hehe.. ambek iso njaok nomere samean pak? cek engko jawabane bapake Dian iso samean kabari nang aku liwat sms”
“iyo gak popo. Iki cateten ndek kene nomermu,” sambil menyodorkan hpnya.

***


Bersambung...
(26-8-2017)

http://farisfitrah.blogspot.co.id/

Comments

Popular posts from this blog

GADIS KECIL ITU

Semua nampak senang berfoto dengan teman ataupun keluarga mereka dengan balutan toga putih hijau. Ya, hari ini adalah hari wisuda mereka. Namun tidak dengan Tutik. Tak ada satupun keluarganya yang datang. Dia menoleh ke kanan dan ke kiri, namun hanya raut bahagia dari teman-temannya dan keluarga mereka yang nampak. Tiba-tiba saja salah seorang teman Tutik mengajak berfoto. Tutik tersenyum. Namun hatinya tidak. *** Tutik rebahkan badannya di kasur kamar. Ia pandangi langit-langit kamar sambil memikirkan acara wisudanya tadi. Sejurus kemudian Tutik ambil hpnya dan membuka facebook . Ia tuliskan ‘hari yang bahagia (harusnya), wisuda yang bahagia (harusnya), keluarga yang bahagia (harusnya)’ *** Aku kaget melihat status Tutik. Tutik yang selama ini kukenal tegar tiba-tiba jadi rapuh. Aku hanya sedikit menyesalkan apa yang Tutik lakukan. Dia boleh sedih namun lebih baik tidak menampakkannya, apalagi mengumbarnya. Aku yakin Allah sudah menyiapkan pahala yang tera

BERMAIN PING PONG (1)

BERMAIN PING PONG (1) Bismillah, budaaaall..!! Ping pong, atau pimpong, entahlah. Tapi aku lebih suka menyebutnya pimpong karena mudah mengejanya. Meski sepertinya yang bener adalah ping pong, hehe. Bermain ping pong begitu menyenangkan. Banyak sekali variasi pukulan yang bisa dilakukan. Tidak seperti tenis dan bulu tangkis, yang meski tampak mirip, namun variasi pukulannya tidak sekaya ping pong. Contoh mudahnya pukulan pelintir. Di ping pong, variasi ini jelas begitu penting. Bentuknya pun sangat beraneka ragam. Ada yang pelintir ke kanan, ke kiri, ke atas, ke bawah, putar diagonal, dll. Dan variasi pelintir ini tidak ada di bulu tangkis dan tenis. Dalam ping pong, servis begitu menentukan hasil akhir permainan. Bisa saja, orang yang tidak bisa menyemash tapi lihai melakukan servis mematikan akan mengalahkan orang yang tidak bisa mengembalikan servisnya meski orang itu bisa menyemash dahsyat. Karenanya, jika ingin jago bermain ping pong, perbaiki dulu teknik serv

HAI NGEBLOG

Hai ngeblog. Kamu apa kabarnya? Hahaha. Lama banget gak ketemu. Sebegitu sibuknya ya? Hmmm. Gak inget apa kamu soal cita-citamu dulu? Cita-cita untuk jadi penulis handal, cita-cita untuk punya buku yang dijual di gramedia supaya bisa bangga banget kalo lagi ngajak temen ke sana, cita-cita untuk merubah dunia lewat tulisan, cita-cita untuk memotivasi murid-muridmu yang –menurutmu- butuh banget dimotivasi, cita-cita untuk menghibur orang lewat cerita konyol, cita-cita untuk bisa terus bermanfaat bagi orang meski kelak sudah tiada, cita-cita untuk terus-terusan nulis sehari sekali meski tulisannya sejelek apapun, cita-cita untuk jadi seorang guru yang juga dikenal karena aktif menulis. Loh, kok malah senyum aja? Dijawab dong pertanyaanku! Ah, kamu. Tetep aja kayak gitu. Mudah semangat, tapi lebih mudah lagi turunnya -_- Oh iya. Kamu kan juga semangat nulis karena seorang cewek ya. Tiap tulisanmu kamu kirim ke dia, terus nyuruh dia buat ngasih nilai. Yang katamu itu buat