CINTAKU SELENGKET PERMEN KARET
Karya:
·
Aina
Nailul Mardliyah
·
Puput
Indah Wahyudi
·
Arif
Saifuddin
·
Yuyu
Elia Basyar
Penyunting:
·
M
Faris F
Namaku Olivia. Aku tinggal di pedesaan. Aku tinggal bersama ibu
dan ayah. Aku suka permen karet. Hari-hariku selalu ada permen karet. Itu sudah
menjadi kebiasaanku sejak kecil. Awalnya orang tua aku nggak mau ngelihat aku
terus-terusan makan permen karet. Tapi lama kelamaan juga terbiasa. Rasanya itu
kalo gak ada permen karet, rasanya gak semangat gitu.
Suatu hari aku keluar rumah mau jalan-jalan. Tak lupa aku
membawa permen karet. Di tengah jalan aku bertemu pak Kades sedang bersama
seseorang. Aku rasa orang itu orang dari kota. Kalo dilihat-lihat mungkin ia
berlibur. Dia lumayan tampan juga tinggi.
“neng sini neng”
“iya ada apa pak Kades?”
“ini ada anak dari kota. Dia berlibur ke sini. Saya boleh minta
tolong?”
“boleh boleh. Minta tolong apa?”
“saya ada urusan. Saya minta tolong anterin mas ini keliling
kampung. Dia ingin tau desa ini”
Aku mengiyakan saja. Pak Kades langsung pergi. Di situ tinggal
aku berdua saja dengan dia.
“saya Rendi. Nama kamu siapa?”, katanya sambil menjulurkan
tangan.
“namaku Olivia. Ini mau ke mana. Saya tak tahu”
“terserah kamu aja. Mau kamu ajak ke mana”
Setelah itu aku langsung pergi duluan. Dan dia mengikuti dari
belakang. Akhirnya kita keliling-keliling ke banyak tempat.
Hari sudah semakin petang, aku pulang ke rumah. Sedang Rendi
pergi ke rumahnya pak Kades.
Lama-lama ada rasa yang muncul di hatiku. Aku pikir-pikir aku
sedang jatuh cinta. Dan ternyata besoknya dia menyatakan cintanya padaku. Aku
menerimanya dengan senang hati.
Setelah lama berpacaran, aku mendapatkan masalah. Dia akan
kembali ke rumahnya. Hari itu juga kami berpisah. Dia tidak sempat pamit.
Rasanya hatiku sangat sakit atas kepergiannya. Aku tak pernah melihatnya lagi,
kecuali bayang-bayangnya saja.
***
Dua bulan sudah Rendi ninggalin aku. Tak ada kabar apapun sampai
saat ini. Saat aku pulang dari mengantarkan makanan untuk ayahku dari sawah.
Tiba-tiba saat aku melewati kantor kepala desa, di sana sangat ramai. Aku ikut
menghampirinya. Eh ternyata ada seorang anak kota lagi yang mau liburan di desa
ini. Aku kira cowok itu Rendi yang pernah ninggalin. Aku merasa bahagia. Dan
ternyata bukan. Aku kecewa karena Rendi tak datang lagi.
Setelah aku mengerti itu, aku lari ke kebuh teh. Aku pergi ke
tempat yang dulu aku pernah sama Rendi berdua di situ. Aku nangis pingin ketemu
Rendi. Aku lagi sendiri merenung. Tiba-tiba ada teriakan minta tolong.
“tolong tolong!!” terdengar dengan rasa kesakitan. Aku langsung
terkejut dan mencari seseorang yang minta tolong. Ternyata suara itu ialah anak
muda yang aku lihat di kantor desa. Langsung aku mengulurkan tanganku untuk
menolongnya.
“terima kasih ya”
“iya sama sama. Lain kali hati-hati kalo jalan. Nanti jatuh
lagi”, sahutku.
“iya...... auuuuu....... auuuuuu..... “, sambil memegang
tangannya yang terluka.
“eh, kenapa? Sakit ya? Sini aku bantu. Tunggu bentar di sini.
Jangan ke mana-mana”
“mau kemana?”, tanyanya heran.
“udah, diem aja. Tunggu aku bentar”
Aku berjalan meninggalkan dia sendiri untuk mencari daun obat
yang ada di sekitar situ. Tak lama kemudian aku menemukannya dan langsung
kembali ke tempat tadi.
“sini aku obatin”
“eh, itu apa? gak gak. Gak usah”, katanya sambil kesakitan
“biar cepet sembuh. Dibantuin kok malah nggak mau sih!”, kataku
sewot.
“pelan-pelan. Sakit tau!”
“iya ini juga sudah pelan. Makanya kalo jalan itu lihat-lihat.
Biar gak jatuh kayak gini. Kalo udah gini sakitkan?”
“iya iya. Ngomong-ngomong nama kamu siapa?”
“aku Olivia”, jawabku sambil ngunyah permen karet.
“aku Alex. Kamu suka permen karet ya? Dari tadi aku lihat kamu
makan permen karet”
“iya aku suka banget sama permen karet. Itu udah jadi
kebiasaanku sejak kecil”
Waktu pun sudah beranjak sore dan hari pun sudah mulai petang.
Kami pun pulang ke rumah masing-masing. Aku ke rumahku dan Alex ke rumah pak
Kades.
Sudah petang pun aku tak bisa tidur gara-gara kebayang terus
wajah Alex.
“Kenapa aku mikirin Alex ya?”
“Apa aku jatuh cinta? Tapi aku gak mau kalau akhir-akhirnya
nanti bakal kayak Rendy yang udah ninggalin aku.”
Seminggu berlalu aku berteman dengan Alex dan akhirnya aku
merasakan jatuh cinta yang kedua kalinya. Sorenya aku diajak Alx untuk main ke
kebun teh dengan naik sepeda. Aku kira itu Cuma biasa main sepeda. Tapi sesampai
di kebun Alex berkata kepadaku.
“Olivia .... ,” katanya dengan suara gugup.
“Iya. Apa? kenapa ngomongnya gugup gitu? Mau ngomong apa?”
Jujur, minggu-minggu ini aku ngerasa kalau aku itu .....,” dia
berhenti bicara.
“Iya kamu kenapa?” tanyaku penasaran.
“Aku itu .... ,” dia diem lagi.
“Kalau ngomong yang jelas dong! Jangan itu-itu aja ......,”
kataku.
“AKU SUKA SAMA KAMU.”
Haaahh!! Apa!!! Dia bilang seperti itu ke aku!!!
“Iya Oliv.... aku suka sama kamu. Gimana? Kamu mau gak jadi
pacar aku?”
Aku hanya terdiam memikirkan itu.
Setelah lama aku memikirkan, aku langsung menjawab.
“Iya Alex ... aku juga suka sama kamu. Dan aku juga mau jadi
pacar kamu.”
***
Sudah sebulan lebih aku pacaran sama Alex. Dan waktu pun
memisahkan kita karena Alex harus kembali ke kota. Rasanya hati ini hancur dan
aku ngerasain ditinggal sama seseorang kedua kalinya. Pikiranku menjadi tak
karuan. Aku memutuskan tak mau lagi pacaran kalau akhirnya kayak gini lagi.
Sekitar 5 bulan aku tak pernah ada hubungan dengan cowok karena
aku mau menghadapi UN untuk terakhir kalinya. Setelah lulus SMA dengan nilai
rata-rata di atas KKM sekolah, aku lulus dengan nilai terbaik. Aku pikir aku
ingin melanjutkan ke jenjang Universitas di kota, tapi dengan kondisi orang
tuaku yang seperti ini aku tak bisa untuk melanjutkannya.
Seminggu kemudian pak Kades datang ke rumahku dan ingin bicara
dengan orang tuaku. Aku takut kukira ada masalah apa antara pak Kades dan orang
tuaku, ternyata anak pak Kades yang namanya kak Reno udah mendaftarkan aku di
Universitas di kota dan aku mendapatkan beasiswa di sana karena nilaiku yang
tinggi.
***
Dengan rasa senang esoknya aku langsung pergi ke kota sama anak
pak Kades. Perasaanku campur aduk. Ada rasa senang, juga rasa sedih karena
terpisah dengan orang tua.
Sesampainya aku di kota aku harus tinggal sama kak Reno karena
harus melanjutkan perjalanan lagi. Aku langsung masuk dan melihat
Universitasnya yang sangat luas. Dan aku, langsung menanyakan apakah aku benar
diterima di kampus ini atau enggak. Katanya aku sudah boleh masuk besok dengan
cap anak baru di kampus ini. Tapi setelah aku fikir-fikir aku mau tinggal di
mana. Di sini aku sendiri dan gak punya siapa-siapa. Setelah lama aku
tanya-tanya ke orang untuk mencari penginapan. Akhirnya, aku menemukan kos-kosan
yang lumayan besar. Di situ ada 3 kamar dan masih sisa satu kamar yang kosong.
Aku tinggal di situ dengan anak perempuan yang bernama Angel dan Bella.
***
Sudah lama aku tinggal di kota, akhirnya aku menemukan sahabat
yang selalu menemani aku, menjaga aku sampai saat ini. Angel dan Bella namanya
yang satu kos sama aku. Setiap malam kami bertiga selalu kumpul di kamarku dan
menceritakan tentang apa yang terjadi di kampus.
“Aku tadi ngomong sama pacarku kalau liburan depan aku pingin
liburan bareng sama sahabatku ke puncak,” kata Angel.
“Ya, aku juga pingin liburan bareng sama kalian ke puncak,”
sahut Bella.
“Tapi aku kan gak punya pacar. Aku gak ikut ah.. aku gak mau
ganggu kalian pacaran di sana?” kataku.
“Engak-enggak. Rendy sama Alex gak gitu kok orangnya,” kata
Bella sama Angel.
Dengar nama Rendy sama Alex aku langsung keinget kalau aku dah
pernah punya mantan yang namanya Rendy sama Alex, “ini masak Rendy sama Alex
yang dulu ninggalin aku? Ah, gak mungkin ah. Dunia gak sesempit itu kali.”
***
Liburan pun tinggal 2 hari lagi. Waktu terus berjalan. Akhirnya
kita memutuskan untuk berlibur ke puncak sesuai rencana yang sudah pernah
direncanakan dulu.
Liburan pun tiba. Kami beres-beres untuk segera pergi ke puncak.
Kami bertiga pagi-pagi udah dijemput oleh Rendy sama Alex.
Tin.. Tin..
“Iya bentar, ini udah mau keluar,” teriak Bella.
Kami pun akhirnya keluar dengan membawa koper. Saat kami bertiga
keluar, eitss, tiba-tiba ada yang ketinggalan. Permen karetku, hehe :D . Aku
pun bergegas mengambilnya.
“Cepetan Liv. Kita udah mau berangkat ini!” kata Bella dengan
suara keras.
“Iya. Ini udah ketemu kok permennya,” sambil naruh di tas. Dan
.......
Loooohh!!! Aku pun terkejut melihat Rendy dan Alex yang ternyata
adalah mantanku yang udah pernah ninggalin aku gitu aja.
“Aku gak jadi ikut deh,” kataku ke Angel dan Bella.
“Halah. Ayo ikut aja. Kamu kan udah beres-beres. Udah, gak papa.
Ikut aja,” bujuk Bella.
“Tapi……..,”
“Tapia pa? ah, lama ini. Udah, ikut aja,”
Kuhela napas dalam-dalam dan kukeluarkan pelan,
“Ya sudah deh. Aku ikut,” sahutku terpaksa.
“Kalo gitu ayo berangkat. Matahari dah mau ilang nih,” tegas
Rendy.
***
Sesampai di Villa kami menurunkan barang-barang kami dan
membawanya ke kamar.
“Udah sini, aku bawain,” tawar Alex ke aku.
“Gak, gak usah. Aku bawa sendiri aja. Aku bisa kok,” jawabku.
“Ayo beb kita masuk,” kata Bella dengan kecut.
Kemudian kita semua beres-beres dan istirahat.
***
Hari sudah mulai dingin dan matahari pun mulai tak kelihatan.
Aku memutari Villa dengan kedinginan. Tiba-tiba aku liat Rendy sedang bakar
jagung bakar dan menghangatkan tubuhnya di perapian.
“Sini!! Kamu kedinginan kan? Ini lo jagung bakar sama teh anget,”
bujuknya.
“Gak usah ah. Aku gak enak kalo diliat Angel. Dan pula kita juga
pernah ada hubungan,” timpalku.
“Udah gak papa. Dia gak bakal tau kok,” yakinnya.
“Iya udah.”
Saat kita sedang enak makan jagung, tiba-tiba kedenger langkah
kaki mendekat.
“Sedang apa kalian di sini?” tanya Alex
“Wiihh, enak nih jagung bakarnya. Ngambil satu ya?” sambung
Bella
“Ini lagi makan jagung. Iya Bel, ambil aja,” sahut Rendy
“Hai sayang. Lagi ngapain?” tanya Angel
“Eh, ini say lagi makan jagung bakar. Kamu mau gak?” tawar Rendy
“Ini buatan kamu, say?” tanya Angel
“Iya ini buatan aku sendiri, say. Gimana? Enak gak?”
“Enak, enak banget malah”
Hari sudah beranjak petang. Kita akhirnya balik ke kamar
masing-masing.
***
Matahari udah mulai cerah, aku terbangun dan langsung ke luar
kamar. Aku keinget saat aku di rumah yang selalu lari pagi. Langsung aja aku ke
luar dan lari pagi.
“Liv, tunggu Liv. Kamu mau ke mana?”
Aku langsung berhenti dan ternyata itu Rendy.
Belum sempat kujawab tiba-tiba dari samping,
“Liv, Liv. Ini minuman dan handuk buat lo”
Aku pun menoleh dan itu Alex.
“Aku cuma mau lari-lari aja. Udah kalian balik aja.”
Di sisi lain,
“Loh, ngapain Oliv di sana? Sama Alex dan Rendy lagi. Ini gawat.
Aku harus samperin mereka,” pikir Bella saat ia lagi di teras.
“Hai, beb. Ngapain?” ucap Bella ke Alex
“E-ehh. Ini ada
minuman. Mau, Beb?” bujuk
Alex gemeteran.
“Gak usah. Ayo kita jalan!” ucap Bella kesal sambil menarik Alex
dan pergi menjauh.
“Aku duluan, ya?” kataku
“Gak mau aku temenin?” rayu Rendy
“Gak usah. Ajak Angel aja. Nanti dia marah lo liat kita berduaan
gini,” sahutku sambil ninggalin dia.
***
Sorenya saat aku mau ke kamar mandi, tiba-tiba ada yang nutup
mulutku dan bilang, “ssssttt..” Aku dibawa ke luar dan ternyata itu Alex.
“Liv, aku masih sayang sama kamu. Aku pingin balikan sama kamu
lagi. Kamu mau gak jadi pacarku lagi?” ucapnya sambil nyodorin bunga di tangan
kanannya dan permen karet di tangan kirinya.
“Kalo kamu nerima aku, kamu ambil bunganya. Tapi kalo enggak,
kamu ambil permen karetnya.” Tambahnya.
Kugerakkan tanganku. Dan aku milih permen karet.
“Maaf, Lex. Aku gak bisa. Aku sahabatan sama Bella. Aku gak mau
nyakitin dia. Aku gak mau dia marah sama aku,” jawabku.
Aku langsung melangkah pergi. Dan ternyata Angel melihat semua
kejadian itu dan dia langsung pergi saat aku liat dia.
***
Malamnya di kamar,
“Jujur ya Bel. Tadi waktu aku mau ambil makanan di kulkas, eh
aku gak sengaja liat Oliv sama Alex berdua. Aku gak sengaja juga denger semua
yang diomongin mereka,” cerita Angel.
“Haaaahh!! Beneran njel mereka berduaan?”
“Iya, Bel. Masak kamu gak percaya sih sama sama aku?”
“Oh iya, aku juga punya cerita. Tadi pagi pas aku bangun tidur,
aku liat Oliv mau lari pagi tiba-tiba disamperin sama Rendy dan Alex.”
“Beneran? Aku curiga mereka bertiga ini sebenernya ada apa-apa.
Pasti ada yang disembunyiin dari kita.”
“Iya, njel. Kita harus selidiki ini semua.”
***
Paginya kita semua jalan-jalan ke puncak dengan jalan kaki. Di
tengah perjalanan, tiba-tiba permen karetku abis.
“Aku turun dulu ya. Kalian duluan aja. Permen karetku abis nih.
Aku mau ngambil dulu ke villa,” ucapku.
“Aku anterin ya?,” tawar Rendy.
“Aku aja yang nganterin gimana?” tawar Alex juga.
“Gak usah, say. Kita tetep lanjutin perjalanan aja. Ini masih
jauh lo,” sahut Angel pada Rendy.
“Iya, beb. Gak usah nganterin Olivia. Dia bisa pergi sendiri
kok. Iya kan, Liv?” tambah Bella.
“Iya. Bener itu. Aku gak papa kok,” jawabku dengan senyum.
Aku pun turun dan mininggalkan mereka.
***
Sampai di villa, aku cari permen karetku tapi aku gagal. Saat
itu aku sebel banget. Aku pergi ke taman dan hanya diam di sana.
Tiba-tiba datang tangan dari belakang dan membawa permen karet.
“Ini buat kamu,”
Aku terkejut. Kubalikkan badan. Itu Rendy!
“Loh. Kok kamu tau kalo aku lagi butuh permen karet?”
“Bukan Rendy kalo gak tau,” (sambil senyum)
“Ah kamu ini, bisa aja. Makasih ya,”
“Iya sama-sama….. Eh, Liv”
“Iya,”
Rendy menatapku sangat lekat
“Aku masih sayang sama kamu dari dulu. Aku pengen pacaran sama
kamu kayak dulu lagi,”
Belum sempat kujawab, tiba-tiba Angel datang,
“Kalian ngapain? Ngapain berduaan di sini?”
“Aku bisa jelasin semuanya kok say. Ini semua gak seperti yang
kamu pikirkan kok say. Bener!” jawab Rendy kebingungan.
“Udah aku gak butuh penjelasan kamu. Besok aku mau pulang!!”
Angel meninggalkan tempat dan Rendy langsung mengejar dan
membujuknya agar tidak salah faham.
Aku gak enak sama mereka, “Aduh. Ini semua gara-gara aku mereka
jadi begini. Besok pagi-pagi aku harus pulang dulu sebelum mereka.”
***
“halo beb. kamu ngapain?” tanya Bella ke Alex
“Ini beb lagi main bilyard”
“Lo beb, sejak kapan kamu suka permen karet? Bukannya dari dulu
kamu paling benci ya sama permen karet?
“Sekarang udah gak benci kok, beb. Hehe…..”
“Apa jangan-jangan kamu suka permen karet karena Oliv juga suka
permen karet ya?
“Gak kok, beb. Enggak”
“Halah gak usah bohong. Kalo emang suka Oliv. Pacarin aja dia.
Putusin aja aku”
“Gak gitu. Aku bisa jelasin semuanya”
“GAK PERLU!!” tegasnya sambil pergi
***
Paginya kita semua beres-beres untuk pulang ke kota.
“Sayang, ayo kita berangkat. Semua udah siap lo,” teriak Rendy
ke Angel
“Iya, say. Bentar”
“Looo. Oliv mana ya? Kok gak keliatan?” heran Alex disusul Bella
yang bergegas mencari Oliv.
“Udah aku cari di dalem, tapi gak ketemu,” ucap Bella
Saat semua bingung cari Oliv, Angel nemu surat yang tergeletak
di meja.
“Hei, semua. aku nemu surat nih. Kayaknya dari Oliv deh.”
“Coba-coba dibaca”, pinta Rendy
***
***
“Ya udahlah. Ayo kita semua pulang,” ucap Rendy
“Iya say. Ayo kita masuk mobil,” setuju Angel
“Horeeee. Akhinya kita balik ke kota,” sambut Bella
***
Di tengah perjalanan, dari belakang tiba-tiba kedenger seseorang
teriak, “Heeeiii. Heeeeiiii”
Langsung saja mobil berhenti. Semuanya langsung menoleh ke
belakang.
“Itu Oliv!” ucap Rendy
Aku mendekat dan berkata, “Aku boleh ikut kalian gak? Uangku
ternyata habis nih. hehe… Ah, malu banget aku sebenernya kayak gini. Udah
sok-sokan pergi dulu, eh ternyata malah pingin numpang, hehe… Boleh, kan?”
sambil memelas dan senyum lebar
“Ya pasti boleh lah. Kita kan sahabatan. Iya kan, Bel?” ucap
Angel
“Iya dong. Kita malah bakal marah lo kalo kamu gak mau bareng
kita,”
“Makasih banget ya temen-temen. Kalian memang luar biasa” ucapku
Kita berpelukan dan gak kerasa air mataku jatuh.
(31-7-2016)
TAMAT
http://sekarangbelajaryuk.blogspot.co.id/
Comments
Post a Comment