Ini kisah tentang seorang anak yang patut dikasihani. Seorang
anak yang masih butuh bermain dan mencoba hal-hal baru malah dibatasi
gerak-geriknya.
Saat itu aku sedang dalam perjalanan pulang dari Surabaya menuju
Singosari naik kereta api. Aku duduk di depan seorang anak kecil bersama
ibunya. Karena aku suka anak kecil, aku coba menggoda bocah itu. Ternyata dia
merespon godaanku. Dia merespon dengan celoteh dan gerakan-gerakan. Aku semakin
semangat bermain dengannya. Aku angkat dia dari samping ibunya ke pangkuanku.
Karena ini momen yang berharga, maka aku menyuruh muridku yang berada di
sampingku untuk memotret kita berdua. Aku bergaya dulu kemudian aku suruh dia
bergaya menirukanku. Barulah kemudian kita difoto. Kemudian lanjut gaya-gaya
berikutnya.
Di tengah kita asyik bermain, ternyata ibunya sangat kaku. Itu
nampak dari caya dia memperlakukan anaknya. Seperti ketika dia memukul tanganku
hanya untuk bergurau dan itu tidak keras, ibunya malah marah, “hei! Gak boleh
gitu.” Tapi dia tak menggubris. Dia seperti tidak takut pada ibunya. Dan ketika
ketika kita bermain lagi kemudian dia memukulku lagi, masih sama tidak keras.
Ibunya marah lagi. Tapi dia tetap tak peduli. Dan ketika dia berteriak,
sebenernya tidak terlalu keras sih, lagi-lagi ibunya melarang. Selalu muncul
kata ‘gak boleh gitu, jangan gini, awas ya kalo gitu lagi’. Seakan-akan yang
dilakukannya selalu salah. Padahal sebenernya untuk seusia dia, melakukan
hal-hal demikian itu wajar, tidak salah. Jadinya kan dia kasihan. Dia mungkin
berpikir, “kok aku salah terus ya”.
Belum lagi kemudian ibunya bercerita tentang ayahnya, “kalo sama
aku mungkin dia gak takut pak. Aku larang ini itu tapi masih tetep saja
dilakuin. Tapi kalo sudah sama bapaknya, dia bener-bener takut pak. Bapaknya
keras pak”. Aku hanya bisa ngangguk-ngangguk sambil senyum sekedarnya. Kasihan
betul anak ini. Sudah ibunya kaku banget, bapaknya malah ia takuti Karena
begitu keras.
Hal ini menjadi pelajaran penting bagiku. Mendidik anak jangan
terlalu kaku. Namanya juga anak, tentu masih belum bisa membedakan mana yang
bener dan salah. Silahkan diingatkan jika ia berbuat salah, namun caranya harus
tepat. Jika salahnya ringan ya jangan terlalu marah. Bahkan jika itu bukan
kesalahan untuk anak seusianya, ya gak perlu marah. Dikasih pengertian saja
kalo hal itu tidak baik dan gak boleh diulangi lagi.
Untuk bisa mendidik dengan baik, orang tua harus masuk dulu ke
dunia mereka, dunia anak-anak. Jangan langsung ketika dia salah langsung saja
memarahinya. Namun harus dipikirkan terlebih dahulu, untuk anak seusianya itu
termasuk kesalahan gak ya. Cobalah untuk berpikir seperti dia, berpikir untuk
anak seusianya. Karena jelaslah berbeda pola pikir seorang anak dengan orang
yang sudah dewasa.
Semoga cerita ini bisa bermanfaat. Amiiiin J (23-4-2016)
http://sekarangbelajaryuk.blogspot.co.id/
Comments
Post a Comment