Skip to main content

MENDIDIK ANAK

Bismillah, budaaaall..!!
Ini kisah tentang seorang anak yang patut dikasihani. Seorang anak yang masih butuh bermain dan mencoba hal-hal baru malah dibatasi gerak-geriknya.
Saat itu aku sedang dalam perjalanan pulang dari Surabaya menuju Singosari naik kereta api. Aku duduk di depan seorang anak kecil bersama ibunya. Karena aku suka anak kecil, aku coba menggoda bocah itu. Ternyata dia merespon godaanku. Dia merespon dengan celoteh dan gerakan-gerakan. Aku semakin semangat bermain dengannya. Aku angkat dia dari samping ibunya ke pangkuanku. Karena ini momen yang berharga, maka aku menyuruh muridku yang berada di sampingku untuk memotret kita berdua. Aku bergaya dulu kemudian aku suruh dia bergaya menirukanku. Barulah kemudian kita difoto. Kemudian lanjut gaya-gaya berikutnya.
Di tengah kita asyik bermain, ternyata ibunya sangat kaku. Itu nampak dari caya dia memperlakukan anaknya. Seperti ketika dia memukul tanganku hanya untuk bergurau dan itu tidak keras, ibunya malah marah, “hei! Gak boleh gitu.” Tapi dia tak menggubris. Dia seperti tidak takut pada ibunya. Dan ketika ketika kita bermain lagi kemudian dia memukulku lagi, masih sama tidak keras. Ibunya marah lagi. Tapi dia tetap tak peduli. Dan ketika dia berteriak, sebenernya tidak terlalu keras sih, lagi-lagi ibunya melarang. Selalu muncul kata ‘gak boleh gitu, jangan gini, awas ya kalo gitu lagi’. Seakan-akan yang dilakukannya selalu salah. Padahal sebenernya untuk seusia dia, melakukan hal-hal demikian itu wajar, tidak salah. Jadinya kan dia kasihan. Dia mungkin berpikir, “kok aku salah terus ya”.
Belum lagi kemudian ibunya bercerita tentang ayahnya, “kalo sama aku mungkin dia gak takut pak. Aku larang ini itu tapi masih tetep saja dilakuin. Tapi kalo sudah sama bapaknya, dia bener-bener takut pak. Bapaknya keras pak”. Aku hanya bisa ngangguk-ngangguk sambil senyum sekedarnya. Kasihan betul anak ini. Sudah ibunya kaku banget, bapaknya malah ia takuti Karena begitu keras.
Hal ini menjadi pelajaran penting bagiku. Mendidik anak jangan terlalu kaku. Namanya juga anak, tentu masih belum bisa membedakan mana yang bener dan salah. Silahkan diingatkan jika ia berbuat salah, namun caranya harus tepat. Jika salahnya ringan ya jangan terlalu marah. Bahkan jika itu bukan kesalahan untuk anak seusianya, ya gak perlu marah. Dikasih pengertian saja kalo hal itu tidak baik dan gak boleh diulangi lagi.
Untuk bisa mendidik dengan baik, orang tua harus masuk dulu ke dunia mereka, dunia anak-anak. Jangan langsung ketika dia salah langsung saja memarahinya. Namun harus dipikirkan terlebih dahulu, untuk anak seusianya itu termasuk kesalahan gak ya. Cobalah untuk berpikir seperti dia, berpikir untuk anak seusianya. Karena jelaslah berbeda pola pikir seorang anak dengan orang yang sudah dewasa.
Semoga cerita ini bisa bermanfaat. Amiiiin J (23-4-2016)





http://sekarangbelajaryuk.blogspot.co.id/

Comments

Popular posts from this blog

GADIS KECIL ITU

Semua nampak senang berfoto dengan teman ataupun keluarga mereka dengan balutan toga putih hijau. Ya, hari ini adalah hari wisuda mereka. Namun tidak dengan Tutik. Tak ada satupun keluarganya yang datang. Dia menoleh ke kanan dan ke kiri, namun hanya raut bahagia dari teman-temannya dan keluarga mereka yang nampak. Tiba-tiba saja salah seorang teman Tutik mengajak berfoto. Tutik tersenyum. Namun hatinya tidak. *** Tutik rebahkan badannya di kasur kamar. Ia pandangi langit-langit kamar sambil memikirkan acara wisudanya tadi. Sejurus kemudian Tutik ambil hpnya dan membuka facebook . Ia tuliskan ‘hari yang bahagia (harusnya), wisuda yang bahagia (harusnya), keluarga yang bahagia (harusnya)’ *** Aku kaget melihat status Tutik. Tutik yang selama ini kukenal tegar tiba-tiba jadi rapuh. Aku hanya sedikit menyesalkan apa yang Tutik lakukan. Dia boleh sedih namun lebih baik tidak menampakkannya, apalagi mengumbarnya. Aku yakin Allah sudah menyiapkan pahala yang tera

BERMAIN PING PONG (1)

BERMAIN PING PONG (1) Bismillah, budaaaall..!! Ping pong, atau pimpong, entahlah. Tapi aku lebih suka menyebutnya pimpong karena mudah mengejanya. Meski sepertinya yang bener adalah ping pong, hehe. Bermain ping pong begitu menyenangkan. Banyak sekali variasi pukulan yang bisa dilakukan. Tidak seperti tenis dan bulu tangkis, yang meski tampak mirip, namun variasi pukulannya tidak sekaya ping pong. Contoh mudahnya pukulan pelintir. Di ping pong, variasi ini jelas begitu penting. Bentuknya pun sangat beraneka ragam. Ada yang pelintir ke kanan, ke kiri, ke atas, ke bawah, putar diagonal, dll. Dan variasi pelintir ini tidak ada di bulu tangkis dan tenis. Dalam ping pong, servis begitu menentukan hasil akhir permainan. Bisa saja, orang yang tidak bisa menyemash tapi lihai melakukan servis mematikan akan mengalahkan orang yang tidak bisa mengembalikan servisnya meski orang itu bisa menyemash dahsyat. Karenanya, jika ingin jago bermain ping pong, perbaiki dulu teknik serv

HAI NGEBLOG

Hai ngeblog. Kamu apa kabarnya? Hahaha. Lama banget gak ketemu. Sebegitu sibuknya ya? Hmmm. Gak inget apa kamu soal cita-citamu dulu? Cita-cita untuk jadi penulis handal, cita-cita untuk punya buku yang dijual di gramedia supaya bisa bangga banget kalo lagi ngajak temen ke sana, cita-cita untuk merubah dunia lewat tulisan, cita-cita untuk memotivasi murid-muridmu yang –menurutmu- butuh banget dimotivasi, cita-cita untuk menghibur orang lewat cerita konyol, cita-cita untuk bisa terus bermanfaat bagi orang meski kelak sudah tiada, cita-cita untuk terus-terusan nulis sehari sekali meski tulisannya sejelek apapun, cita-cita untuk jadi seorang guru yang juga dikenal karena aktif menulis. Loh, kok malah senyum aja? Dijawab dong pertanyaanku! Ah, kamu. Tetep aja kayak gitu. Mudah semangat, tapi lebih mudah lagi turunnya -_- Oh iya. Kamu kan juga semangat nulis karena seorang cewek ya. Tiap tulisanmu kamu kirim ke dia, terus nyuruh dia buat ngasih nilai. Yang katamu itu buat