Skip to main content

PETUALANGAN DIMULAI (2)


Hari itu, Jum’at, 29 Oktober 2015, jam 16.00, kereta api berangkat menuju Jakarta. Di kereta, ada 2 macam kursi. Di sebelah kanan, ada 2 kursi berhadap-hadapan yang masing-masing untuk 2 orang. Sedang di sebelah kiri, ada juga 2 kursi berhadap-hadapan yang masing-masing untuk 3 orang. Kebetulan kita bertujuh duduk di barisan yang sama. Entah itu yang di depan atau di belakang, pokoknya kita duduk berhadap-hadapan. Kursi yang sebelah kanan adalah milik kita semua. Dan yang di kiri, hanya yang belakang saja milik kita. Tapi karena yang menempati belum datang, jadilah kita tempati semua kursinya, hehehe.
Formasi awal (kalau gak salah, hehe), aku bersama pak Hafidz dan di depanku ada mas Urid sama Muslim. Kita berempat duduk di kursi sebelah kiri yang sebenarnya untuk 6 orang. Di kursi sebelah kanan, ada Seva sama Indi dan di depannya Ibu Nanik, ibunya Seva.
Jam 5 sore, AC kereta tiba-tiba nyala. Anginnya begitu kenceng. Brrrrrrr. Dingin broo. Aku gak bawa jaket sama sekali lagi. Mampuss daaahh -__- . Pikirku di kereta itu sumuk. Eh ternyata sama sekali gak sumuk. Malah AC semaleman dinyalain. Huwaaaaa. Karena hawa yang begitu dingin, otak berpikir keras gimana ya supaya gak terlalu dingin. Oh ya, aku kan bawa sarung, juga bawa almamater (semacam jas kampus), aku pake saja agak gak kedinginan. Sarungnya aku lingkarkan di leher dan almamater aku taruh di kepala, menutupi bagian depan dan belakang kepala. Gak peduli gak bisa liat, yang penting gak dingin. Udah, tidur aja, hehe.
Sekitar jam 6 malam, penumpang yang menempati kursiku datang. Jadilah kita menata lagi tempat duduk. Mas Urid pindah ke tempat cewek, aku dan pak Hafidz pindah ke samping Muslim.
Tiba-tiba pak Hafidz bercerita bahwa ini pertama kalinya naek kereta api. Owalah pak pak, melase talah. Dia senang naek kereta. Tak seperti naek bus yang hawanya sumuk dan goncangan-goncangannya begitu keras sehingga bikin pusing kepala atau bahkan perut mual dan muntah, naek kereta justru begitu enak karena hawanya sejuk dan goncangannya tak begitu keras. Pokoknya enaklah. Kira-kira begitulah inti dari perkataannya. (5-11-2015)
Bersambung….

Bismillah, budaaaall..!!
Sekarangbelajaryuk.blogspot.co.id



Comments

Popular posts from this blog

GADIS KECIL ITU

Semua nampak senang berfoto dengan teman ataupun keluarga mereka dengan balutan toga putih hijau. Ya, hari ini adalah hari wisuda mereka. Namun tidak dengan Tutik. Tak ada satupun keluarganya yang datang. Dia menoleh ke kanan dan ke kiri, namun hanya raut bahagia dari teman-temannya dan keluarga mereka yang nampak. Tiba-tiba saja salah seorang teman Tutik mengajak berfoto. Tutik tersenyum. Namun hatinya tidak. *** Tutik rebahkan badannya di kasur kamar. Ia pandangi langit-langit kamar sambil memikirkan acara wisudanya tadi. Sejurus kemudian Tutik ambil hpnya dan membuka facebook . Ia tuliskan ‘hari yang bahagia (harusnya), wisuda yang bahagia (harusnya), keluarga yang bahagia (harusnya)’ *** Aku kaget melihat status Tutik. Tutik yang selama ini kukenal tegar tiba-tiba jadi rapuh. Aku hanya sedikit menyesalkan apa yang Tutik lakukan. Dia boleh sedih namun lebih baik tidak menampakkannya, apalagi mengumbarnya. Aku yakin Allah sudah menyiapkan pahala yang tera

BERMAIN PING PONG (1)

BERMAIN PING PONG (1) Bismillah, budaaaall..!! Ping pong, atau pimpong, entahlah. Tapi aku lebih suka menyebutnya pimpong karena mudah mengejanya. Meski sepertinya yang bener adalah ping pong, hehe. Bermain ping pong begitu menyenangkan. Banyak sekali variasi pukulan yang bisa dilakukan. Tidak seperti tenis dan bulu tangkis, yang meski tampak mirip, namun variasi pukulannya tidak sekaya ping pong. Contoh mudahnya pukulan pelintir. Di ping pong, variasi ini jelas begitu penting. Bentuknya pun sangat beraneka ragam. Ada yang pelintir ke kanan, ke kiri, ke atas, ke bawah, putar diagonal, dll. Dan variasi pelintir ini tidak ada di bulu tangkis dan tenis. Dalam ping pong, servis begitu menentukan hasil akhir permainan. Bisa saja, orang yang tidak bisa menyemash tapi lihai melakukan servis mematikan akan mengalahkan orang yang tidak bisa mengembalikan servisnya meski orang itu bisa menyemash dahsyat. Karenanya, jika ingin jago bermain ping pong, perbaiki dulu teknik serv

HAI NGEBLOG

Hai ngeblog. Kamu apa kabarnya? Hahaha. Lama banget gak ketemu. Sebegitu sibuknya ya? Hmmm. Gak inget apa kamu soal cita-citamu dulu? Cita-cita untuk jadi penulis handal, cita-cita untuk punya buku yang dijual di gramedia supaya bisa bangga banget kalo lagi ngajak temen ke sana, cita-cita untuk merubah dunia lewat tulisan, cita-cita untuk memotivasi murid-muridmu yang –menurutmu- butuh banget dimotivasi, cita-cita untuk menghibur orang lewat cerita konyol, cita-cita untuk bisa terus bermanfaat bagi orang meski kelak sudah tiada, cita-cita untuk terus-terusan nulis sehari sekali meski tulisannya sejelek apapun, cita-cita untuk jadi seorang guru yang juga dikenal karena aktif menulis. Loh, kok malah senyum aja? Dijawab dong pertanyaanku! Ah, kamu. Tetep aja kayak gitu. Mudah semangat, tapi lebih mudah lagi turunnya -_- Oh iya. Kamu kan juga semangat nulis karena seorang cewek ya. Tiap tulisanmu kamu kirim ke dia, terus nyuruh dia buat ngasih nilai. Yang katamu itu buat