Tak lama
kemudian, 5 nasi goreng pun datang. Seorang ibu memberikannya dengan menaruhnya
di meja paling ujung yang kebetulan itu tempatku berada. 5 piring nasi goreng
sudah berada di depanku, dan salah seorang siswi ingin mengambilnya namun
kucegah. ''yang bisa menyebutkan 5 kata kerja bahasa inggris beserta artinya
baru saya kasih makannya'', tuturku. Hahaha. Biarlah meski ini gak di kelas.
Aku yang membawa mereka ke sini, aku juga yang mengatur mereka. Hehe.
Setiap
siswi pun menyebutkan 5 kosakata sesuai seperti instruksiku. Melakukannya cukup
mudah karena aku membolehkan menyebutkan kosakata yang sudah disebutkan
temannya. Kasihan, wajah mereka sudah begitu melas.
Kira-kira
jam 10 kurang 10-an, kita baru balik ke tempat acara. Alhamdulillah, materi
tentang jurnalistik belum dimulai. Padahal kita makan tadi memakan waktu yang
cukup lama.
Pembicara
melakukan sebuah games. Entah gimana gamesnya. Sampe sana, tau-tau peserta
sudah disuruh menghitung jumlah jawaban yang benar dari soal yang ditanyakan.
Hasilnya, bagi yang jawaban benarnya paling banyak, berarti dia termasuk
golongan orang yang pintar, kreatif, dll. Bagi yang jawaban benarnya tak banyak
tapi juga tak sedikit, berarti dia termasuk golongan yang percaya diri namun
sembrono. Bagi yang jawaban benarnya sedikit, berarti masih kurang percaya
diri, dll.
Jam 10
lebih sekian materi jurnalistik pun dimulai. Pematerinya adalah mas Doi Nuri.
Beliau lulusan Unisma; guru SMP PGRI 03 Malang; seorang penulis yang sudah
menghasilkan 6 buku; suka puisi, musik, dan teater; seorang yang punya prinsip
begitu kuat.
Beliau
termasuk pemateri yang kusuka. Karena bukan hanya pintar menjelaskan tentang
teori jurnalistik namun juga telah menulis 6 buku. Jadi bukan hanya teorinya
saja yang paham tapi juga telah mempraktekkannya dengan baik. Tak sekedar omong
doang.
Orang ini
termasuk tipe pembicara yang kusuka. Meski awalnya cukup membosankan, namun
ketika sudah masuk cerita-cerita pengalamannya begitu seru. Beliau begitu apa
adanya menceritakan semuanya, bahkan kisah jeleknya sekalipun. Dan banyak kata
yang diucapkan adalah dari bahasa jawa. Jadi ceritanya begitu mengena di hati.
Ada satu
tema yang begitu menarik para peserta. Tema percintaan. Sudah pasti tema ini
begitu menarik, pesertanya masih muda-muda, baik itu dari SMP atau SMA. Sedikit
contoh yang dikatakannya adalah cewek itu makhluk paling gak masuk akal dan
cowok adalah makhluk paling aneh. Kok bisa? Cerita ini mungkin bisa menjelaskannya.
Ini cerita pengalaman dari pemateri.
Pernah
suatu waktu saya dan istri saya pergi ke mall. Masuklah kita ke salah satu toko
tas. Setelah dipelajari, dibolak-balik, diraba sana sini, dipertimbangkan
matang-matang, dipikirkan cukup lama, pilihan tertuju pada salah satu tas. Tapi
ternyata dia malah ingin pergi ke toko lainnya, mungkin ada yang lebih bagus.
Oalah mbak yu, mbak yu! Lek ancen gak pengen pindah, yo lapo nang kene sak
uwen2. Zzzzttt -_-!!
Beranjaklah
kita ke toko lainnya. Hebatnya gak hanya satu toko saja yang dijelajahi. Tapi
satu deret toko dari ujung sampe ujung lagi dihampiri. Butuh waktu yang tak
sebentar menuntaskannya. Tapi namanya suami, saya harus sabar mendampingi.
Namun ternyata pilihan jatuh ke toko pertama yang dikunjungi. Glodaaakkkk!!.
Ealah nggeluweteeekkkk. Iso mbalek nang ngarep maneh i. tibak’e nang toko
liyane ganok gunane. -__- !!
Sampai di
toko pertama, dia menanyakan di mana dompet saya.
dia: mas, dompet sampeyan mana?
dia: mas, dompet sampeyan mana?
Aku: loh, dompetku kan ndek
tase samean
Dia: loh, iyo a? kok ganok yo?
(mulai tampak gelisah)
Aku: loh, yo gak ruh.
Dia pun
menangis, menangis begitu tersedu. Ya Allah, lawong seng ilang iku lo
dompetku. Aku ae lo gak susah. Malah bojoku seng nuanges mberok-mberok. Hayoooo
kurang aneh piye cobak? Arek wedok iku gak masuk akal kan?
Terus
kenapa cowok saya sebut makhluk paling aneh. Udah tau cewek begitu gak masuk
akalnya, tapi cowok kok betah banget bertahan, hehe. Gak gak, ini Cuma guyon
aja.
Saya dulu
termasuk siswa yang paling gak bisa matematika sewaktu SMA. Nilai saya paling
jeblok di banding yang lain. Namun ternyata sekarang malah diserahi jabatan
yang berkaitan erat dengan matematika. Kok bisa? Ya usaha dong. Usahanya gak
main-main, begitu keras dan tiada henti.
Saya
punya prinsip. Iso gak iso kudu iso. Loh yokpo se?. tapi ya
begitulah prinsip saya. Contoh ketika saya kuliah, saya ingin sesuatu atau
ingin menjadi sesuatu. Ya saya harus bisa melakukannya. Iso gak iso kudu iso.
Ya apapun jalan menuju ke sana akan saya tempuh. Pokok’e aku kudu iso. Gak
nguruss!!.
Saya
pernah menjadi penyiar radio. Padahal saya paling demam panggung. Ketika saya
berbicara di depan umum, lihat selalu kelu. Kata yang muncul tak karuan, sama
sekali tak jelas. Bahasa yang saya sampaikan selalu keblibet atau nyandet-nyandet.
Sialnya, saya punya penyakit pelat mengucapkan huruf ‘S’. Pelat sendiri ada 2.
Ada kalanya pelat mengucapkan huruf ‘R’ dan ada kalanya pada huruf ‘S’. La saya
termasuk yang pelat mengucapkan huruf ‘S’. Terus, bagaimana bisa orang yang
pelat mengucapkan huruf ‘S’, ditambah ngomongnya selalu nyandet-nyandet
tapi bisa jadi penyiar. Ya kerja keras. Kembali lagi ke prinsip saya. Iso
gak iso kudu iso. Yo wes, aku gak ngurus yokpo keadaanku. Pokok’e aku kudu iso.
Kehidupan
saya dulu tidak mudah. Pagi ngambil donat kemudian mengantarkannya ke toko-toko
untuk dijual. Siang kuliah sampe sore. Sore ikut ngaji sampe isya. Isya ikut
teater sampe tengah malam. Bisa dibayangkan betapa capeknya. Tapi banyak hal
yang ingin saya capai. Ya inilah konsekuensinya.
Setelah
menyampaikan materinya, beliau mempersilahkan 5 orang untuk bertanya. Dan siapa
yang bertanya akan mendapat buku yang telah ditulisnya atau kaset cd yang
didalamnya terdapat lagu-lagu yang dinyanyikannya. Seingat saya, ada 3 anak
dari SMA Darul Qur-an yang bertanya, yaitu Puput, Herdiana, dan Wulan. Maaf
jika salah, atau ada yang gak kesebut. Berarti saya lupa, hehe. Lainnya dari
sekolah selain Darul Qur-an.
Jam
12-an, materi jurnalistik selesai. Acara dilanjutkan pengenalan tentang IPNU-IPPNU.
Sekitar setengah jam kemudian acara benar-benar usai. Semua peserta dan
pendamping keluar ruangan membawa kotak kue yang diberikan lagi oleh panitia.
Sampai di depan gedung acara, aku baru ingat, kok gak aku abadikan saja para
peserta dari sekolah lewat foto. Idealnya ya foto di dalam ruangan acara, di
depan background acara. Tapi siswi-siswi sudah terlanjur memakai sepatu semua.
Kayaknya, sudah gak mau ribet mencopot dan memakainya lagi. Ya jadilah, kita
foto di belakang sepeda, di depan background ‘Haji dan Umroh’. Opo maksude
cobak. Yo bah wes. Penting ono dokumentasie.
Setelah
aku memoto mereka, aku dan salah satu guru juga ingin difoto. Aku pun minta
salah satu siswa dari sekolah lain yang kebetulan ada di depanku untuk memoto
kita. Siswi-siswi berteriak padanya, “diitung disek mas”. Juga disaut
yang lain, “iyo mas, diitung disek cek iso siap-siap”. Tapi tiba-tiba
saja dia bilang, “sudah mas”. Heeee, wes mari moto. Cepete talah. Ngunu yo
gak diitung disek’i -__-
Aku
langsung melihat hasil fotonya. Ternyata guru yang bersamaku tak nampak
wajahnya. Bahkan hanya sebagian tangannya saja yang terlihat. Hahahaha. Sakno
e brooooo brooooo!!!!!! Hahahaha :D
Aku pun
pulang naek sepeda sama guru itu. Sedang yang lain pulang jalan kaki. Mlakuo
ae rek. Cek sehat :D (26-10-2015)
Bismillah, budaaaall..!!
Sekarangbelajaryuk.blogspot.co.id
Comments
Post a Comment