Skip to main content

MEMBERI DULU BARU MEMINTA

11-9-2015
Memberi dulu baru meminta. Sebenarnya inilah yang harus dilakukan. Bukan malah meminta dulu baru meminta seperti yang sering dilakukan.
Bong Chandra punya cerita menarik tentang ini. Suatu saat dia pergi ke Surabaya guna bertemu teman-temannya. Di sana mereka merencanakan nonton film "2012" yang saat itu lagi booming-boomingnya. Pergilah mereka ke salah satu bioskop dan mendapati antrian yang panjangnya luar biasa. Bong pun punya ide minta dibelikan tiket salah seorang yang sudah antri. Yang dipilih adalah yang berada di tengah antrian karena akan sangat sulit minta sama yang sudah ada di depan. Kemudian yang dipilih adalah yang cewek. Kenapa bukan cowok? karena cowok mengedepankan logika. Jadi mana mungkin dia mau beliin tiket untuk orang yang gak antri sedang dia sudah antri lama. Kenapa cewek? karena cewek lebih mengandalkan perasaan. Jadi masih ada kemungkinan mau mbelikan tiket jika perasaannya sudah setuju.
Pencarian cewek yang kira-kira bisa dirayu untuk mbelikan tiket pun dimulai. Setelah ketemu, kemudian......
A: mbak, mau nggak nonton gratis. Jadi aku yang bayarin tiketnya mbak
B: mau dong!
A: Tapi aku boleh gak nitip dibeliin tiket?, hehe. Ini uangnya
B: boleh aja.
Dari sana bisa terlihat kalau dia merayu cewek dengan memberi dahulu baru meminta. Dan hasilnya pun berhasil. Hal ini akan berbeda jauh jika dia berkata," mbak boleh minta tolong dibelikan tiket. Nanti tiket mbaknya aku yang bayarin deeh". Itu artinya meminta dulu baru memberi. Kebanyakan yang seperti ini akan gagal.
Bismillah, budaaaall..!!

Comments

Popular posts from this blog

GADIS KECIL ITU

Semua nampak senang berfoto dengan teman ataupun keluarga mereka dengan balutan toga putih hijau. Ya, hari ini adalah hari wisuda mereka. Namun tidak dengan Tutik. Tak ada satupun keluarganya yang datang. Dia menoleh ke kanan dan ke kiri, namun hanya raut bahagia dari teman-temannya dan keluarga mereka yang nampak. Tiba-tiba saja salah seorang teman Tutik mengajak berfoto. Tutik tersenyum. Namun hatinya tidak. *** Tutik rebahkan badannya di kasur kamar. Ia pandangi langit-langit kamar sambil memikirkan acara wisudanya tadi. Sejurus kemudian Tutik ambil hpnya dan membuka facebook . Ia tuliskan ‘hari yang bahagia (harusnya), wisuda yang bahagia (harusnya), keluarga yang bahagia (harusnya)’ *** Aku kaget melihat status Tutik. Tutik yang selama ini kukenal tegar tiba-tiba jadi rapuh. Aku hanya sedikit menyesalkan apa yang Tutik lakukan. Dia boleh sedih namun lebih baik tidak menampakkannya, apalagi mengumbarnya. Aku yakin Allah sudah menyiapkan pahala yang tera

BERMAIN PING PONG (1)

BERMAIN PING PONG (1) Bismillah, budaaaall..!! Ping pong, atau pimpong, entahlah. Tapi aku lebih suka menyebutnya pimpong karena mudah mengejanya. Meski sepertinya yang bener adalah ping pong, hehe. Bermain ping pong begitu menyenangkan. Banyak sekali variasi pukulan yang bisa dilakukan. Tidak seperti tenis dan bulu tangkis, yang meski tampak mirip, namun variasi pukulannya tidak sekaya ping pong. Contoh mudahnya pukulan pelintir. Di ping pong, variasi ini jelas begitu penting. Bentuknya pun sangat beraneka ragam. Ada yang pelintir ke kanan, ke kiri, ke atas, ke bawah, putar diagonal, dll. Dan variasi pelintir ini tidak ada di bulu tangkis dan tenis. Dalam ping pong, servis begitu menentukan hasil akhir permainan. Bisa saja, orang yang tidak bisa menyemash tapi lihai melakukan servis mematikan akan mengalahkan orang yang tidak bisa mengembalikan servisnya meski orang itu bisa menyemash dahsyat. Karenanya, jika ingin jago bermain ping pong, perbaiki dulu teknik serv

HAI NGEBLOG

Hai ngeblog. Kamu apa kabarnya? Hahaha. Lama banget gak ketemu. Sebegitu sibuknya ya? Hmmm. Gak inget apa kamu soal cita-citamu dulu? Cita-cita untuk jadi penulis handal, cita-cita untuk punya buku yang dijual di gramedia supaya bisa bangga banget kalo lagi ngajak temen ke sana, cita-cita untuk merubah dunia lewat tulisan, cita-cita untuk memotivasi murid-muridmu yang –menurutmu- butuh banget dimotivasi, cita-cita untuk menghibur orang lewat cerita konyol, cita-cita untuk bisa terus bermanfaat bagi orang meski kelak sudah tiada, cita-cita untuk terus-terusan nulis sehari sekali meski tulisannya sejelek apapun, cita-cita untuk jadi seorang guru yang juga dikenal karena aktif menulis. Loh, kok malah senyum aja? Dijawab dong pertanyaanku! Ah, kamu. Tetep aja kayak gitu. Mudah semangat, tapi lebih mudah lagi turunnya -_- Oh iya. Kamu kan juga semangat nulis karena seorang cewek ya. Tiap tulisanmu kamu kirim ke dia, terus nyuruh dia buat ngasih nilai. Yang katamu itu buat