Skip to main content

PAK ALDI DAN JODOHNYA (3)

PAK ALDI DAN JODOHNYA (3)


Bismillah, budaaaall..!!

Pak Aldi begitu lega mendengarnya. Ternyata bukan ibunya Talia yang mendekatinya. Malah ibunya Talia ingin menjodohkan pak Aldi dengan anaknya.

Pak Aldi   : Oo… begitu ternyata, hehe
Ibu Talia : Menurut bapak gimana? Hehe
Pak Aldi   : Bentar, bentar. Anak ibu kan Talia. Dia kan masih kelas 1 SMP, bu
Ibu Talia : Anak saya kan 3 pak. Talia itu yang paling kecil. Kan masih ada 2 kakaknya. Anak saya semua cewek kok.
Pak Aldi   : Emang kalo kakaknya kelas berapa bu sekolahnya? hehe
Ibu Talia : Atasnya Talia persis itu kelas 2 SMA. Kalo atasnya lagi sudah kuliah.
Pak Aldi   : Oh, gitu… bu, udah dulu ya. Saya mau pergi dulu
Ibu Talia : Oh iya, pak. Monggo

Pak Aldi begitu penasaran dengan kakaknya Talia. Dan kebetulan, 2 kakaknya Talia berasal dari sekolah yang sama dengan Talia, yang juga sekolah tempat pak Aldi mengajar.

Pak Aldi pun mulai mencari info tentang kakaknya Talia. Berkat bantuan guru yang kenal dengan ibunya Talia, pak Aldi berhasil mengetahui nama kakaknya Talia. Setelahnya pak Aldi pergi ke bagian administrasi sekolah dengan harapan ada biodata kakaknya Talia dari arsip-arsip sekolah tentang seluruh siswa. Pak Aldi cari dan cari namun tak kunjung berhasil.

Sampai akhirnya pak Aldi berhasil menemukannya. Siaalll!! Itu hanya tentang biodatanya saja. Tak ada foto yang menempel di sana. Padahal pak Aldi ingin melihat foto keduanya. Siapa tahu pak Aldi naksir. (8-7-2016)

Bersambung…..
http://farisfitrah.blogspot.com/


Comments

Popular posts from this blog

GADIS KECIL ITU

Semua nampak senang berfoto dengan teman ataupun keluarga mereka dengan balutan toga putih hijau. Ya, hari ini adalah hari wisuda mereka. Namun tidak dengan Tutik. Tak ada satupun keluarganya yang datang. Dia menoleh ke kanan dan ke kiri, namun hanya raut bahagia dari teman-temannya dan keluarga mereka yang nampak. Tiba-tiba saja salah seorang teman Tutik mengajak berfoto. Tutik tersenyum. Namun hatinya tidak. *** Tutik rebahkan badannya di kasur kamar. Ia pandangi langit-langit kamar sambil memikirkan acara wisudanya tadi. Sejurus kemudian Tutik ambil hpnya dan membuka facebook . Ia tuliskan ‘hari yang bahagia (harusnya), wisuda yang bahagia (harusnya), keluarga yang bahagia (harusnya)’ *** Aku kaget melihat status Tutik. Tutik yang selama ini kukenal tegar tiba-tiba jadi rapuh. Aku hanya sedikit menyesalkan apa yang Tutik lakukan. Dia boleh sedih namun lebih baik tidak menampakkannya, apalagi mengumbarnya. Aku yakin Allah sudah menyiapkan pahala yang tera

BERMAIN PING PONG (1)

BERMAIN PING PONG (1) Bismillah, budaaaall..!! Ping pong, atau pimpong, entahlah. Tapi aku lebih suka menyebutnya pimpong karena mudah mengejanya. Meski sepertinya yang bener adalah ping pong, hehe. Bermain ping pong begitu menyenangkan. Banyak sekali variasi pukulan yang bisa dilakukan. Tidak seperti tenis dan bulu tangkis, yang meski tampak mirip, namun variasi pukulannya tidak sekaya ping pong. Contoh mudahnya pukulan pelintir. Di ping pong, variasi ini jelas begitu penting. Bentuknya pun sangat beraneka ragam. Ada yang pelintir ke kanan, ke kiri, ke atas, ke bawah, putar diagonal, dll. Dan variasi pelintir ini tidak ada di bulu tangkis dan tenis. Dalam ping pong, servis begitu menentukan hasil akhir permainan. Bisa saja, orang yang tidak bisa menyemash tapi lihai melakukan servis mematikan akan mengalahkan orang yang tidak bisa mengembalikan servisnya meski orang itu bisa menyemash dahsyat. Karenanya, jika ingin jago bermain ping pong, perbaiki dulu teknik serv

HAI NGEBLOG

Hai ngeblog. Kamu apa kabarnya? Hahaha. Lama banget gak ketemu. Sebegitu sibuknya ya? Hmmm. Gak inget apa kamu soal cita-citamu dulu? Cita-cita untuk jadi penulis handal, cita-cita untuk punya buku yang dijual di gramedia supaya bisa bangga banget kalo lagi ngajak temen ke sana, cita-cita untuk merubah dunia lewat tulisan, cita-cita untuk memotivasi murid-muridmu yang –menurutmu- butuh banget dimotivasi, cita-cita untuk menghibur orang lewat cerita konyol, cita-cita untuk bisa terus bermanfaat bagi orang meski kelak sudah tiada, cita-cita untuk terus-terusan nulis sehari sekali meski tulisannya sejelek apapun, cita-cita untuk jadi seorang guru yang juga dikenal karena aktif menulis. Loh, kok malah senyum aja? Dijawab dong pertanyaanku! Ah, kamu. Tetep aja kayak gitu. Mudah semangat, tapi lebih mudah lagi turunnya -_- Oh iya. Kamu kan juga semangat nulis karena seorang cewek ya. Tiap tulisanmu kamu kirim ke dia, terus nyuruh dia buat ngasih nilai. Yang katamu itu buat